TUGAS MANDIRI
JURNAL
MATA KULIAH
:Perkembangan Perserta Didik
KELAS/SEMESTER :BIOLOGI (A)/2
DOSEN :Dr. Muhfahroyin, S.Pd.,
M. TA.
Siti Nurlaila, S.Psi.M.Psi.
Triana Asih, S.Pd., M.Pd.
OLEH :Dwi Yulistiasari
NPM :14320008
A.MATERI/TOPIK :Karakteristik Perkembangan Moralitas dan
Keagamaaan Remaja Serta Implikasiinya Dalam Pendidikan
B.JUDUL
JURNAL :MENINGKATKAN MORALITAS REMAJA
MELALUI DUKUNGAN SOSIAL
C.ISI JURNAL :Moralitas
mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia. Hal ini senad
dengan pendapat Lorens Bagus8 yang mengatakan bahwa moralitas itu menyangkut
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik/buruk,benar/salah,
tepat/tidak tepat, atau menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam
hubungan dengan orang lain.
Tahap-tahap
Perkembangan MoralMenurut Piaget9 perkembangan moral
terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap realisme moral atau moralitas oleh
pembatasan, dan tahap moralitas otonomi. Proses perkembangan moral melewati
enam tahap yang terbagi dalam tiga tingkat perkembangan secara umum,10yaitu:
1. Tingkat
Prakonvensional
Pada tingkat ini, individu memandang
kebaikan itu identik dengan kepatuhan terhadap otoritas dan menghindari
hukuman. Tingkatan moral prakonvensional dalam konteks interaksi antarindividu
dengan lingkungan sosialnya ditandai dengan baik dan buruk yang berdasar pada
keinginan diri sendiri, benar atau salah dilihat dari akibat-akibat itu,
misalnya hukuman,ganjaran. Tingkat ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap orientasi hukum dan kepatuhan.
Dalam hal ini, menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa
mempersoalkannya. Individu menganggap perbuatannya baik apabila ia memperoleh
ganjaran dan tidak mendapat hukuman. Hal ini berarti bahwa akibat fisik
tindakan menentukan sifat baik dan sifat buruk tindakan itu;
b. Tahap orientasi relativitas–instrumental.
Seseorang sudah lebih baik menyadari tentang kebutuhan-kebutuhan pribadi dan
keinginan-keinginannya serta bisa bertindak demi orang lain tetapi dengan
mengharapkan hubunganantarmanusia kadang-kadang
ditandai relasi timbal balik. Individumenghubungkan apa yang baik
dengankepentingan, minat, dan kebutuhan diri sendiri serta ia mengetahui dan
membiarkan orang lain melakukan hal yangsama. Individu menganggap sesuatu itu
benar apabila kedua belah pihak mendapatkan perlakuan yang sama.
2. Tingkat Konvensional
Individu pada tingkat ini, seseorang
memandang bahwa memenuhi harapan-harapan keluarga dan kelompok dianggap sebagai
sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya sendiri, tidak peduli pada apapun
akibat-akibat yang langsung dan yangkelihatan. Sikap ini bukan hanya mau
menyesuaikan diri dengan harapan-harapan orang tertentu dan dengan ketertibansosial,
sikap ingin loyal, ingin menjaga, dan sikap ingin mengidentifikasikan diri
dengan orang-orang atau kelompok yang adadi dalamnya. Ini berarti individu
memandang kebaikan identik dengan harapan sosial serta aturan-aturan dalam
masyarakat.Tingkat ini meliputi:
a. Tahap kesepakatan antarpribadi.
Tindakan seseorang direncanakan untuk mendapatkan penerimaan danpersetujuan
sosial agar individu disebut sebagai orang baik, maka individu berusaha
dipercaya oleh kelompok,bertingkah laku sesuai dengan tuntutan kelompok dan
berusaha memenuhi harapan kelompok;
b. Tahap orientasi hukum dan ketertiban.
Tindakan yang benar adalah melakukan kewajiban, menunjukkan rasahormat pada otoritas,
mentaati hukum serta memelihara ketertiban sosial yang sudah ada demi
ketertiban itu sendiri.Ini berarti bahwa individu percaya bahwa bila
orang-orang menerima peraturan yang sesuai dengan seluruhkelompok, maka harus
berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari kecaman dan ketidak
setujuan sosial.Pada tahap ini, loyalitas terhadap orang lain atau kepada
kelompok digantikan menjadi loyalitas kepada norma atauhukum.
3. Tingkat Pascakonvensional
Individu pada tingkat ini memiliki usaha
yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip sahih
sertadapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau yang memegang
prinsip-prinsip tersebut. Individu memandangkebaikan sesuai dengan prinsip
moral yang universal, yang tidak terkait dengan aturan-aturan setempat atau
segolonganmanusia. Tingkat pascakonvensional ditandai dengan prinsip keadilan
yang bersifat universal. Tingkat initerbagi atas:
a. Tahap orientasi kontak sosial yang
legalitas. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak
danukuran individu umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati
oleh seluruh masyarakat. Ada kemungkinanuntuk mengubah hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Individu percaya bahwaperaturan
dapat diubah demi kesejahteraan masyarakat. Individu meyakini bahwa harus ada
keluwesan dalam -keyakinan moral yang memungkinkan modifikasi dan perubahan standar
moral bila diyakini atau terbukti menguntungkan kelompok sebagai suatu
keseluruhan. Individu menyadari bahwa hukuman dan kewajiban harus berdasarkan
perhitungan rasional, individu juga menyadari bahwa ada perbedaan nilai-nilai
di antaraindividu dalam masyarakat;
b. Tahap orientasi prinsip etis yang
universal. Orientasi prinsip etis yang universal benar diartikan dengan
keputusansuara hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri,
hukum tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting tetapi ada nilai-nilai yang
lebih tinggi yaitu prinsip universal mengenai keadilan, pertukaran hak dankeamanan
martabat manusia sebagai pribadi.
D.REFLEKSI :
Berdasarkan isi jurnal diatas dapat diketahui bahwa masalah pokok yang sangat
menonjol sekarang ini adalah kaburnya nilai-nilai dimata generasi muda. Mereka
dihadapkan dengan berbagai kontraddiksi dan aneka ragam pengalaman moral yang
menyebabkan mereka bingung untuk memilih yang baik . Hal ini tampak jelas pada
mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup
dikota-kota besar di Indonesia. Sikap remaja yang mmengejar kemajuan lahirnya
tanpa engindahkan nilai-nilai moral yang bersumbr kepada agama yang dianutnya
mnyebabkan remaja sekarang kebingungan untuk bergaul.
Adapun faktor-faktor
yang menimbulkan gejala-gejala kemrosotan moral dalam masyarakat modern sangat
banyak .Yang terpenting yaitu kurang teranamnya jiwa agama dalam hati tiap-tiap
orang. Agama dalam kehidupan sehari-hari serinng tidak dilaksanakan, baik oleh
individu maupun oleh masyarakat. Moral syang muncul dari agama dan lingkungan
sosial remaja memberikan dampak yang baik dan buruk. Tidak semua remaja
menerima beegitu saja tentang baik dan buruknya moral yang berdasarkan oleh
agama. Agama disini menuntun para remaja untuk bersikap dan bertindak baik
dalam lingkungan keluarga, dan masyarakat . Tidak itu juga agama yang sangat
menenentuka moralitas seorang remaja.Agama adalah dasar dari seluruh moral dan
juga tujuan dari moral. Pemikiran tentang moral datangnya bersama dengan munculnya
sifat akhlak baginTuhan
E.KESIMPUAN :Bedasarkan
jurnal diatas tentang Meningkatkan Moralitas Remaja Melalui Dukungan Sosial didapatkan bahwa
dukungan sosia juga sangat penting dalam menentukan moralitas remaja . Dukungan
sosial dapat diperoleh dari keluarga, masyarakat, sekolah , maupun teaman
sebaya. Serta tidak meninggalkan nilai agama untuk menentukan moralitas remaja.Dukungan
sosial dan nilai religiusitas remaja sangat diperlukan remaja untuk dapat
mengontrol perbuatan atau tngkah laku dari remaja tersebut.Agama sebagai
pengontrol untuk remaja dalam bertingkah laku ,dan agar dijauhkan dari
tindangan yang mentimpang.
.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Metro,20 April 2015
Pengampu 1 Pengampu
2
SITI NURLAILA, S.Psi., M.Psi. TRIANA ASIH, S.Pd., M.Pd.
Penulis
(DWI YULISTIASARI)